Apresiasi Seni Rupa: Pengertian, Contoh, Tingkatan, Serta Manfaat Apresiasi Seni
22:15
Apa itu Apresiasi Seni Rupa? - Apresiasi berasal dari Bahasa Latin yakni 'appretiatus' yang artinya penilaian atau penghargaan, sedangkan dalam Bahasa Inggris 'Appreciate' berarti menentukan nilai, melihat karya, menikmati lalu menyadari keindahan karya seni tersebut dan menghayati. Jadi mengapresiasi berarti berusaha mengerti mengenai seni dan mampu melihat segi-segi yang ada didalam seni tersebut, sehingga secara sadar kita dapat menikmati dan menilai karya seni dengan semestinya.
![]() |
Apresiasi Seni Rupa: Pengertian, Contoh, Tingkatan, Serta Manfaat Apresiasi Seni |
Pengertian Apresiasi Seni Rupa Menurut Para Ahli
Apresiasi seni rupa adalah aktivitas mengindra karya seni
rupa, merasakan, menikmati, menghayati dan menghargai nilai-
nilai keindahan dalam karya seni serta menghormati keberagaman
konsep dan variasi konvensi artistik eksistensi dunia seni rupa.
Secara teoretik menurut Brent G. Wilson dalam bukunya
Evaluation of Learning in Art Education; apresiasi seni memiliki
tiga domain, yakni:
- Perasaan (feeling), dalam konteks ini terkait dengan perasaan keindahan.
- Penilaian (valuing) terkait dengan nilai seni.
- Empati (emphatizing), terkait dengan sikap hormat kepada dunia seni rupa, termasuk kepada profesi perupa (pelukis, pematung, pengrafis, pengkeramik, pendesain, pengkria, dan lain-lain).
karena menyadari peran dan kontribusi para seniman tersebut bagi
masyarakat, bangsa dan negara, atau bagi nilai-nilai kemanusiaan
pada umumnya.
Contoh Sikap Apresiatif Seni Rupa
Pada hakikatnya semua manusia dianugerahi oleh Tuhan
apa yang disebut “sense of beauty”, rasa keindahan. Meskipun
ukurannya tidak sama pada setiap orang, jelas setiap manusia
sadar atau tidak menerapkan rasa keindahan ini dalam kehidupan
sehari-hari. Misalnya ketika kita memantas diri dalam berpakaian,
memilih dasi, memilih sepatu, dan berdandan (sekedar contoh).
Senantiasa rasa keindahan berperan memandu prilaku kita untuk
memilih apa yang kita anggap menampilkan citra harmonis, yang
pada umumnya kita sebut tampan, gagah, cantik, ayu, rapi dalam
bahasa sehari-hari, yaitu penggunaan kata “lain” menyebut fenomena
keindahan. Demikian pula dalam melengkapi kebutuhan hidup, kita
selalu dipandu oleh rasa keindahan.
Katakanlah dalam menata arsitektur rumah tinggal, memilih
perabotan rumah tangga, televisi, kulkas, otomotif, sampai kepada
pembelian piring, sendok, garpu, dan segala macam barang yang
kita gunakan di kota. Demikian pula pada kehidupan di desa,
hampir semua benda yang dibutuhkan memiliki kaitan dengan
rasa keindahan dan seni, seperti kain tenun, keris, batik, ornamen, busana, keramik, perhiasan, alat musik, dan banyak lagi.
Hal yang sama terdapat pula di daerah pedalaman, betapapun
sederhana tingkat kehidupan manusia, dalam perlengkapan dan
peralatan hidupnya, seperti busana, tata rias, motif ornamen,
tari-tarian, musik, dan banyak sekali karya-karya seni etnik yang
sangat indah dan mengagumkan. Dengan uraian ini, menjadi jelas
pula, bahwa seni terdapat di mana-mana. Itulah sebabnya kesenian
secara antropologis ditempatkan sebagai unsur kebudayaan yang
universal, sama seperti rasa keindahan yang juga bersifat universal.
Jenis - Jenis Tingkatan Apresiasi Seni Rupa
Berikut ini adalah beberapa tingkatan dari apresiasi seni terdiri dari 3 jenis, yaitu :
- Apresiasi Empatik, merupakan apresiasi yang hanya menilai baik dan kurang baiknya sebuah karya seni berdasarkan penglihatan mata (indrawi) dan biasanya dilakukan oleh orang awam atau orang yang tidak punya pengetahuan dan pengalaman dalam bidang seni.
- Apresiasi Estetis, merupakan apresiasi yang menilai keindahan disertai pengamatan dan perasaan yang mendalam dimana apresiasi ini biasanya dilakukan seseorang setelah mengamati dan menghayati karya seni secara mendalam.
- Apresiasi kritis, merupakan apresiasi yang sudah dalam tingkatan penganalisisan dimana penilaian tidak sekadar memiliki, tetapi dianalisis secara akurat sehingga hasilnya akan lebih jelas dan terurai. Apresiasi pada tingkatan ini juga dilakukan secara ilmiah dan sepenuhnya bersifat keilmuan dengan menampilkan data secara tepat, dengan analisis, interpretasi, dan penilaian yang bertanggung jawab.
Tingkat kepekaan perasaan keindahan akan berkembang lewat
kegiatan menerima (sikap terbuka) kepada semua manifestasi seni
rupa, mengapresiasi aspek keindahan dan maknanya (seni lukis, seni
patung, seni grafis, desain, dan kria) menghargai aspek keindahan
dan kegunaannya (desain produk atau industri, desain interior, desain
komunikasi visual, desain tekstil, dan berbagai karya kria (kria
keramik, tekstil, kulit, kayu, logam dan lain-lain). Melalui proses
penginderaan, kita mendapatkan pengalaman estetis. Dari proses
penghayatan yang intens, kita akan mengamalkan rasa keindahan
yang dianugerahkan Tuhan itu dalam kehidupan keseharian.
Kemampuan mengamati karya seni rupa murni dan seni rupa
terapan, dalam arti praksis adalah kemampuan mengklasifikasi,
mendeskripsi, menjelaskan, menganalisis, menafsirkan dan
mengevaluasi serta menyimpulkan makna karya seni. Aktivitas
ini dapat dilatihkan sebagai kemampuan apresiatif secara lisan
maupun tulisan.
Tahapan Mengapresiasi Seni Rupa
Secara psikologis tahapan pengindraan karya seni itu
berurutan dari:
- Sensasi: reaksi panca indra kita mengamati seni.
- Emosi: rasa keindahan.
- Impresi: kesan pencerapan
- Interpretasi: penafsiran makna seni.
- Apresiasi: menerima dan menghargai makna seni.
- Evaluasi: menyimpulkan nilai seni.
Aktivitas ini
berlangsung ketika seseorang mengindra karya seni, biasanya sensasi
tersebut diikuti dengan aktivitas berasosiasi, melakukan komparasi,
analogi, diferensiasi, dan sintesis. Pada umumnya karya seni yang
dinilai baik akan memberikan kepuasan spiritual dan intelektual
bagi pengamatnya.
Manfaat Dan Tujuan Mengapresiasi Seni Rupa
Sebelum membahas manfaat dan tujuan dalam
kehidupan bermasyarakat, perlu dipahami terlebih dahulu
hakikat dan pengertian kebudayaan. Kata budaya berasal dari
bahasa sansekerta, buddayah bentuk jamak dari kata budhi yang
berarti akal dan nalar. Jadi kata kebudayaan dapat diartikan hal-
hal yang berhubungan dengan budi, akal, dan nalar. Menurut
Koentjaraningrat, kebudayaan berarti keseluruhan gagasan dan
karya manusia yang harus dibiasakannya dengan belajar, beserta
keseluruhan dari hasil budi dan karyanya itu. Kebudayaan memiliki
tiga wujud:
(1) kebudayaan sebagai konsep,
(2) kebudayaan sebagai
aktivitas, dan (3)kebudayaan sebagai artefak.
Dengan klasifikasi
seperti ini seluruh aktivitas interaksi manusia dengan Tuhan,
interaksi dengan masyarakat, dan interaksi dengan alam, semuanya
adalah kebudayaan.
Manfaat Apresiasi Seni Rupa
Kata budaya sering juga dipadankan dengan kata adab, yang
menunjukkan unsur-unsur budi luhur dan indah, misalnya kesenian,
sopan santun, dan ilmu pengetahuan, adalah peradaban atau
kebudayaan. Namun menurut Van Peursen dewasa ini, filsafat
kebudayaan modern akan meninjau kebudayaan terutama dari
sudut policy tertentu, sebagai satu strategi atau masterplan bagi
hari depan. Kebudayaan diartikan sebagai manifestasi kehidupan
setiap orang dan setiap kelompok orang-orang; berlainan dengan
hewan-hewan maka manusia tidak hidup begitu saja ditengah-
tengah alam, melainkan selalu mengubah alam itu. Dengan mengenal, memahami, dan menghargai budayanya
sendiri, kita dapat mengembangkan potensi prilaku yang
baik bergaul dengan masyarakat seni dan lingkungan sosial sebagai
insan yang berbudaya. Mengembangkan sikap ramah, dan rendah
hati dalam berinteraksi secara efektif dengan para seniman dan
budayawan, lingkungan sosial serta dalam menempatkan dirinya
sebagai cerminan bangsa yang berbudaya dalam pergaulan dunia.
Tujuan Mengapresiasi Seni Rupa
Dari pengalaman belajar apresiasi seni, di harapkan berkembang
sikap demokratis, etis, toleransi, dan sikap positif lainnya. Sikap
demokratis misalnya akan tercermin ketika siswa mengacu kepada
prinsip diferensiasi dan tidak diskriminatif, hal ini akan terjadi
bila ia memberi peluang yang sama kepada semua anggota panitia
mengemukakan pendapat untuk menentukan, misalnya, tema
pameran. Sikap
toleran akan tercermin ketika kita dapat menerima perbedaan
pendapat dalam aktivitas mengapresiasi seni, karena dari kajian
yang dilakukannya dalam menafsirkan data pengamatan perbedaan
respons estetik adalah sesuatu yang wajar.
Sebab kita tahu pada
dasarnya seni dapat dipersepsi secara berbeda. Sikap etis akan
tercermin bila kita dalam kegiatan diskusi yang hangat, tidak
mengucapkan kata-kata atau menunjukkan prilaku yang bernada
melecehkan, menertawakan, merendahkan, menghina, atau kata
lain yang setara dengan itu.
Dengan sikap berbudaya seperti itu, maka kita dapat
mengamalkan prilaku positif dan optimistik dalam berinteraksi
dengan masyarakat seni rupa, seni pertunjukan, dan masyarakat
dalam konteks lokal, nasional, dan internasional.
Aktivitas pendukung, seperti membaca teori seni, termasuk sejarah seni dan reputasi seniman, dialog dengan tokoh seniman serta budayawan, merupakan pelengkap kemampuan berapresiasi, sehingga kita dapat menyertakan argumentasi yang logis dalam meyimpulkan makna seni.
Setiap manusia dianugerahi oleh Tuhan perasaan keindahan, sadar atau tidak manusia menerapkan rasa keindahan ini dalam kehidupan sehari-hari. Dalam aktivitas kesenirupaan, baik dalam
proses penciptaan, pengkajian, dan penyajiannya senantiasa dipandu oleh rasa keindahan yang sifatnya esensial dalam seni. Pada hakikatnya pengalaman menikmati rasa keindahan itu memberikan kebahagiaan spiritual bagi manusia. Oleh sebab itu sudah selayaknya manusia mensyukuri anugerah Tuhan itu, dan memuliakan Nama Nya.