Konsep Penciptaan Karya Seni Rupa Murni
19:46
Pengertian Seni Rupa Murni - Aktivitas penciptaan seni rupa (murni, desain, dan kria)
yang mementingkan kreativitas, sangat memerlukan keberanian
bereksperimen. Ada perupa yang bereksperimen dalam penyajian
bentuk seni (menciptakan bentuk baru), sementara perupa lain
bereksperimen dalam memilih dan mengkombinasikan aspek
konseptual penciptaan seni. Ada pula perupa yang melakukan
eksperimen dengan memodifikasi konvensi seni, desain, dan
kria yang ada, dan, yang terakhir ada perupa yang benar-benar
bereksperimen menciptakan karya seni yang benar-benar baru.
Dalam konteks proses kreatif, Guilford dalam Semiawan, Dimensi
Kreatif dalam Filasafat Ilmu menyebutkan; sifat fluensi, fleksibilitas,
orisinalitas, elaborasi, dan redefinisi adalah kemampuan yang
perlu dikembangkan melalui aktivitas eksperimen. Fluensi
terkait langsung dengan kesigapan, kelancaran, dan kemampuan
melahirkan banyak gagasan. Fleksibilitas adalah kemampuan
untuk menggunakan bermacam-macam pendekatan dalam memecahkan masalah. Sedangkan orisinalitas adalah kemampuan
mencetuskan gagasan-gagasan asli. Dan redefinisi adalah
kemampuan merumuskan batasan-batasan dari sudut pandang
lain dari pada cara-cara yang sudah lazim. Misalnya lukisan secara
konvensional didefinisikan sebagai karya seni dua dimensioanal,
batasan ini dianggap oleh sebagian pelukis kreatif mengekang
kreativitas. Dengan sengaja mereka membuat lukisan dalam
wujud tiga dimensional (bentuk piramid tiga dimensi). Ini adalah
redefinisi bentuk seni.
![]() |
Konsep Penciptaan Seni Rupa Murni |
Penciptaan Seni Rupa Murni
Penciptaan seni rupa murni merupakan kegiatan berkarya
seni lukis, seni patung, seni grafis, seni serat, dan lain-lain, untuk
mengungkapkan pikiran, perasaan, dan pengalaman kehidupan
menjadi perwujudan visual dilandasi kepekaan artistik. Kepekaan
artistik mengandung arti, memerlukan kemampuan mengelola
atau mengorganisir elemen-elemen visual untuk mewujudkan
gagasan menjadi karya nyata.
Aspek Konseptual
1. Penemuan Sumber Inspirasi
Titik tolak penciptaan karya seni rupa murni adalah
penemuan gagasan. Kita harus memiliki gagasan yang jelas
dalam mengekspresikan pengalaman artistik. Sumbernya:
- Berasal dari realitas internal, perambahan kehidupan spiritual (psikologis) kita sendiri. Misalnya harapan, cita-cita, emosi, nalar, intuisi, gairah, kepribadian dan pengalaman-pengalaman kejiwaan lain yang kadangkala belum teridentifikasi dengan bahasa. Dengan kata lain, gagasan seni timbul dari kebutuhan kita sebagai manusia untuk berekspresi.
- Berasal dari realitas eksternal, yaitu hubungan pribadi kita dengan Tuhan (tema religius), hubungan pribadi kita dengan sesama (tema sosial: keadilan, kemiskinan, nasionalisme), hubungan pribadi kita dengan alam (tema: lingkungan, keindahan alam) dan lain sebagainya.
2. Penetapan Interes Seni
Dalam aktivitas penciptaan kita harus dapat menentukan
interes seni kita sendiri, sehingga dapat berkreasi secara
optimal. Pada dasarnya terdapat tiga interes seni:
- Interes pragmatis, menempatkan seni sebagai instrumen pencapaian tujuan tertentu. Misalnya tujuan nasional, moral, politik, dakwah, dan lain-lain.
- Interes reflektif, menempatkan seni sebagai pencerminan realitas aktual (fakta dan kenyataan kehidupan) dan realitas khayali (realitas yang kita bayangkan sebagai sesuatu yang ideal). dan
- Interes estetis, berupaya melepaskan seni dari nilai-nilai pragmatis dan instrumentalis. Jadi interes estetis mengeksplorasi nilai-nilai estetik secara mandiri (seni untuk seni). Dengan menetapkan interes seni, kita akan lebih memahami tujuan kita menciptakan karya.
3. Penetapan Interes
Bentuk
Untuk mengekspresikan penghayatan nilai-nilai
internal atau eksternal dengan tuntas, kita perlu
mempertimbangkan kecenderungan umum minat
dan selera seni kita sendiri. Misalnya kita dapat
mencermati karya-karya yang telah kita buat selama studi. Kecenderungan yang dapat kita pilih adalah:
- Bentuk figuratif, yakni karya seni rupa yang menggambarkan figur yang kita kenal sebagai objek-objek alami, manusia, hewan, tumbuhan, gunung, laut dan lain-lain yang digambarkan dengan cara meniru rupa dan warna benda- benda tersebut.
- Bentuk semi figuratif, yakni karya seni rupa yang “setengah figuratif”, masih menggambarkan figur atau kenyataan alamiah, tetapi bentuk dan warnanya telah mengalami distorsi, deformasi, stilasi, oleh perupa. Jadi bentuk tidak meniru rupa sesungguhnya, tetapi dirubah untuk kepentingan pemaknaan, misalnya, bentuk tubuh manusia diperpanjang, atau patung dewa yang bertangan banyak, bentuk gunung atau arsitektur yang disederhanakan atau digayakan untuk mencapai efek estetis dan artistik.
- Bentuk nonfiguratif, adalah karya- karya seni rupa yang sama sekali tidak menggambarkan bentuk-bentuk alamiah, jadi tanpa figur atau tanpa objek (karenanya disebut pula seni rupa non objektif). Karya- karya seni rupa non figuratif, jadinya merupakan susunan unsur-unsur visual yang ditata sedemikian rupa untuk menghasilkan satu karya yang indah. Istilah lain menyebut karya seni rupa non figuratif adalah karya seni abstrak. Pada umumya karya abstrak yang berhasil adalah karya yang memiliki “bentuk bermakna”. Artinya sebuah karya seni yang memiliki kapasitas membangkitkan pengalaman estetis bagi orang yang mengamatinya. Dengan kata lain karya seni yang dapat membangkitkan perasaan yang menyenangkan, yaitu rasa keindahan.
4. Penetapan Prinsip estetik
Pada umumnya karya seni rupa murni menganut prinsip
estetika tertentu. Kita harus dapat mengidentifikasi
cita rasa keindahan yang melekat pada karya-karya
yang pernah kita ciptakan. Pada tahap ini, kita perlu
menetapkan prinsip estetika yang paling sesuai untuk
mengungkapkan pengalaman kita. Alternatif prinsip
estetika yang dapat dipilih ialah:
- Pramodern, prinsip estetika yang memandang seni sebagai aktivitas merepresentasi bentuk-bentuk alam, atau aktivitas pelestarian kaidah estetik tradisional
- Modern, prinsip estetika yang memandang seni sebagai aktivitas kreatif, yang mengutamakan aspek penemuan, orisinalitas, dan gaya pribadi atau personality.
- Posmodern, prinsip estetika yang memandang seni sebagai aktivitas permaianan tanda yang hiperriil dan ironik, sifatnya eklektik (meminjam dan memadu gaya seni lama) dan menyajikannya sebagai pencerminan budaya konsumerisme masa kini.
Aspek Visual
1. Struktur Visual
Untuk mewujudkan aspek konseptual
menjadi karya visual, perlu ditegaskan lebih spesifik
dalam subject matter, masalah pokok atau tema seni
yang akan diciptakan. Misalnya:
- Tema sosial: kemiskinan, dengan pilihan objek “pengemis”.
- Tema perjuangan: dengan pilihan objek “Pangeran Diponegoro”
- Tema religius: lukisan kaligrafi dengan objek “ayat tertentu”,
- Dan lain sebagainya.
Objek-objek tersebut dapat
divisualisasikan dengan berbagai cara, pilihlah unsur-
unsur rupa (garis, warna, tekstur, bidang, volume,
ruang), sesuai dengan kebutuhan interes seni, interes
bentuk dan prinsip estetika yang telah ditetapkan
dalam aspek konseptual.
2. Komposisi
Hasil seleksi unsur-unsur rupa dikelola, ditata,
dengan prinsip-prinsip tertentu, baik terhadap setiap
unsur secara tersendiri maupun dalam hubungannya
dengan bentuk atau warna. Dengan memperhatikan empat
prinsip pokok komposisi, yaitu:
- Proporsi
- Keseimbangan
- Irama
- Kesatuan
Untuk memperlihatkan karakteristik
keunikan pribadi kita.
3. Gaya pribadi
Dalam penciptaan karya seni, karakteristik atau ciri
khas seorang perupa merupakan faktor bawaan, yang
menandai sifat unik karya yang diciptakannya. Misalnya
Raden Saleh, Basoeki Abdullah dan S. Soedjojono,
meskipun sama-sama melukis dengan gaya realisme,
karyanya akan sangat berlainan karena unsur gaya pribadi.
Karya Raden Saleh menghadirkan suasana dramatis
aristokratis, karya Basoeki Abdullah memperlihatkan
idealisasi keindahan yang permai, sedangkan karya
S. Soedjojono menghadirkan suasana heroisme dan
nasionalisme.
Aspek Operasional
Langkah-langkah kerja dalam keseluruhan proses
perwujudan karya dimulai dari penetapan bahan, peralatan utama
dan pendukung, serta teknik-teknik dalam memperlakukan
bahan dengan peralatannya. Seluruh proses dikelompokkan ke
dalam tiga tahap:
- Tahap persiapan. pengadaan dan pengolahan bahan utama, bahan pendukung, dan pengadaan peralatan.
- Tahap Pelaksanaan, berkenaan dengan pengalaman artistik, aktivitas proses kreasi dari awal hingga selesai.
- Tahap akhir, karya seni rupa yang sudah diciptakan, masih membutuhkan tindakan-tindakan khusus supaya siap dipamerkan. Jenis karya seni rupa tertentu memerlukan pembersihan menyeluruh, lapisan pengawet (coating), atau lembaran kaca dan bingkai. Jenis lain membutuhkan kemasan. Semuanya harus digarap dengan baik, sampai sebuah karya seni rupa dikatakan siap pamer.
Itulah Pembahasan kita kali ini tentang " Konsep Penciptaan Seni Rupa Murni", Semoga dengan membaca artikel ini bisa menambah wawasan kita semua tentang dunia seni rupa.