Pengertian Dasar Seni Lukis: Garis, Warna, Ruang, Tekstur dan Bentuk
22:18
Pengertian Dasar Seni Lukis - Penciptaan karya seni lukis, menuntut pengetahuan dan
spesialisasi bidang keahlian, karena itu diperlukan pengetahuan
dasar seni lukis sebagai fondasi proses kreatif yang dilakukan.
![]() |
Pengertian Dasar Seni Lukis: Garis, Warna, Ruang, Tekstur dan Bentuk |
Ruang lingkup seni lukis
Sebenarnya banyak pengertian seni lukis yang didefinisikan
oleh para pakar seni, namun pada umumnya, tidak ada
satupun definisi yang dapat memuaskan semua orang. Karena
sesungguhnya seni lukis itu memiliki keberagaman dan memiliki
banyak aliran, yang satu sama lain di samping mempunyai
persamaan, juga tidak jarang saling bertentangan secara
diametral. Dari sekian banyak definisi itu, di sini dipilih salah
satu definisi sebagai bekal dasar yang cukup relevan memahami
pengertian seni lukis.
Secara teknis lukisan adalah pembubuhan pigmen atau warna
dengan bahan pelarut di atas permukaan bidang dasar, seperti
pada kanvas, panel untuk menghasilkan sensasi atau ilusi
ruang, gerakan, tekstur, untuk mengekspresikan berbagai
makna atau nilai subjektif, baik yang sifatnya intelektual, emosi,
simbolik, relegius, dan lain-lain.
Selanjutnya Herbert Read mengatakan Seni lukis adalah
penggunaan garis, warna, tekstur, ruang dan bentuk, shape, pada
suatu permukaan, yang bertujuan menciptakan berbagai image.
Image-image tersebut bisa merupakan pengekspresian ide-ide,
emosi, dan pengalaman-pengalaman, yang dibentuk sedemikian
rupa sehingga mencapai harmoni. Adapun pengalaman yang
diekspresikan itu adalah pengalaman yang berisi keindahan
atau pengalaman estetik.
Menurut Edmund Burke Feldman pengekspresian itu
menggunakan:
- Unsur-unsur visual, yang terdiri dari garis, warna, bentuk, tekstur dan ruang atau gelap terang,
- Organisasi dari unsur-unsur tersebut, yang meliputi kesatuan, keseimbangan, irama dan perbandingan ukuran.
Dari sisi lain, kritikus seni rupa Dan Suwaryono
mengemukakan bahwa seni lukis memiliki dua faktor.
- Faktor Ideoplastis: ide, pendapat, pengalaman, emosi, fantasi, dan lain-lain. Faktor ini lebih bersifat rohaniah yang mendasari penciptaan seni lukis.
- Faktor Fisioplastis: yang meliputi hal-hal yang menyangkut masalah teknis, termasuk organisasi elemen-elemen visual seperti garis, warna tekstur, ruang, bentuk (shape) dengan prinsip-prinsipnya. Dengan demikian faktor ini lebih bersifat fisik dalam arti seni lukisnya itu sendiri.
Macam Macam Lukisan
Seni lukis adalah wujud ekspresi yang harus dipandang
secara utuh. Keutuhan wujud itu, terdiri dari ide dan organisasi
elemen-elemen visual. Elemen-elemen visual tersebut
disusun sedemikian rupa oleh seorang pelukis dalam
bidang dua dimensional. Pengertian seni lukis sesungguhnya
mencakup ruang lingkup yang lebih luas dari sebuah defenisi,
karena seni lukis juga mengenal istilah:
- Lukisan Dinding
- Lukisan Miniatur
- Lukisan Pottery
- Lukisan Manuskrip
- Lukisan Jambangan
- Lukisan Mosaik
- Lukisan Potret
- Lukisan Kaca
- Lukisan enamel
- Lukisan Teknologis
Lukisan Teknologis
Lukisan Teknologis adalah lukisan yang dibuat dengan menggunakan media
elektronik, seperti komputer. Perhatikan lukisan Gambar dibawah,
![]() |
Vector Art |
Ini dikenal sebagai vector art, dikerjakan dengan komputer,
hasilnya cukup realistis. Bandingkan dengan Gambar Berikut ini.
![]() |
Di Depan Kelambu Terbuka karya Soedjojono |
Di kerjakan secara
manual dan menampilkan gaya pelukisan ekspresionisme.
Lukisan Mural / Easel
![]() |
Lukisan Mural |
Seni lukis yang lebih populer di tengah masyarakat dan
di ajarkan di lembaga pendidikan kesenian pada dasarnya
adalah easel painting, jenis lukisan yang berukuran lebih kecil
dari lukisan dinding atau mural. Sejenis seni lukis yang lebih
fleksibel, karena para pelukis dapat membawa easel yang praktis
itu keberbagai lokasi untuk melukis di alam bebas, di samping
dapat pula digunakan berkarya di studio seni lukis.
Doodle Art
![]() |
Doodle Art |
Doodle art adalah sebuah gambar atau coretan yang dilukis secara abstrak (walaupun terkadang memiliki pola tertentu), tidak terfokus, dan secara spontan dibuat (akhir-akhir ini telah dikembangakan dengan cara direncanakan). Namun meski begitu, doodle art memiliki nilai keindahan tersendiri. Seiring perkembangan zaman, karya seni ini mulai menjadi perhatian untuk dijadikan penghias visual pada kemasan.
Berikut ini disajikan beberapa masalah yang berkaitan dengan pengetahuan seni lukis.
Unsur Visual
1. Garis
Titik tunggal dalam ukuran kecil memiliki tenaga yang
cukup untuk merangsang mata kita dan dapat berperan sebagai
‘awalan’. Apabila titik digerakkan maka dimensi panjangnya
akan tampak menonjol dan sosok yang ditimbulkannya disebut
‘garis’. Garis dapat berupa goresan yang kita buat di atas sebuah
bidang, tetapi garis dapat pula mewakili bekas roda, tiang
bambu, kawat, pancaran cahaya, ruang antara dua bangunan
atau dinding, jalan yang melintasi kota, sungai, kontur tanah
yang berkelok-kelok, kontur pegunungan, bangunan, batas
dinding dengan lantai, dan seterusnya.
Garis dapat memberikan kesan gerak, ide, atau simbol. Pada
karya seni lukis garis dapat mengekspresikan suasana emosi
tertentu, seperti perasaan bahagia, sedih, marah, teratur, kacau,
bingung, dan lain sebagainya. Secara fisik garis dapat dibuat
tebal, tipis, kasar, halus, lurus, lengkung, berombak, memanjang,
pendek, putus-putus, patah-patah dan banyak lagi.
Unsur - unsur Garis
Unsur garis
juga dapat membangun asosiasi kita kepada kesan tertentu,
misalnya
- Garis Horizontal: kesannya tenang, tidak bergerak, diam, dan lebar.
- Garis Vertikal: kesannya agung, stabil, tinggi,
- Garis Diagonal: kesannya, jatuh, bergerak.
Garis adalah salah satu elemen yang penting dalam seni
lukis. Pedoman seni yang penting dan ampuh sebagaimana
juga yang terdapat dalam hidup, adalah makin nyata, tajam
dan kuat garisnya, makin sempurna hasil seninya. Garis dapat
diciptakan melalui
- Kontur, garis paling luar dari benda yang dilukis,
- Batas pemisah antara dua warna atau cahaya terang dan gelap,
- Lekukan pada bidang melingkar atau memanjang lurus,
- Batas antara dua tekstur yang berlainan.
Dalam Kebudayaan Timur, para pelukis sangat terpesona oleh
kekuatan garis, baik di Cina, Jepang, India, maupun Indonesia.
Untuk memahami kekuatan garis dalam seni lukis, pekritik
seni rupa Sudarmaji mengatakan: “Lukisan Cina klasik yang
bersifat grafis memberikan kesan puitis, lembut, penuh irama
yang terkendali, serta menimbulkan efek perasaan tenteram.
Sebaliknya pelukis Vincent van Gogh yang menggunakan garis
pendek, patah-patah menimbulkan efek yang keras tegar. Ada
kesan ledakan dan pemberontakan. Jika garis begitu ditunjang
juga oleh warna keras menyala, sempurnalah kesan kekerasan
dan pemberontakan itu. Di dunia Barat, Henry Matisse, Pablo
Picasso, Paul Klee, Roul Dufi sebagian dari tokoh yang kuat
dalam garis. Jika garis digoreskan dengan jujur mengikut kata
batin, akan ditemukan identifikasi seseorang. la menjadi personal.
Dengan garis dapat lahir bentuk, tapi juga bisa mengesankan
tekstur, nada dan nuansa, ruang dan volume yang kesemuanya
melahirkan suatu perwatakan.”
Dari penjelasan di atas kiranya dapat dimengerti, bahwa
unsur garis dalam seni lukis dapat dipergunakan sesuai dengan
kebutuhan. Teknik penguasaan dan pengendalian garis dalam
seni lukis memang memerlukan latihan yang intensif, tanpa
latihan yang cukup maka bakat tidak akan berkembang dengan optimal.
2. Warna
Secara fisika warna ditimbulkan oleh sinar matahari, bila
kita sorotkan sinar matahari ke sebuah kaca prisma maka sinar tersebut akan terurai menjadi beberapa sinar warna, yang
disebut spektrum warna. Setiap spektrum mempunyai kekuatan
gelombang yang kemudian sampai pada mata kita, sehingga kita
dapat melihat warna tertentu.
Pada alam terdapat dua jenis penerima cahaya, yakni sebagai
pemantul dan sebagai penyerab cahaya. Secara fisiologi stimulasi
cahaya memantulkan warna suatu objek sehingga merangsang
mekanisme mata kita, kemudian rangsangan tersebut disalurkan
melalui syaraf optik ke otak, sehingga kita dapat mengenali
warna itu. Secara psikologis telah terbukti bahwa warna dapat
mempengaruhi kegiatan fisik maupun mental kita. Reaksi kita
terhadap wama bersifat instingtif dan perseorangan, karenanya
sensitivitas setiap orang juga berbeda kepada warna-warna.
Pada berbagai aliran seni lukis dalam sejarah seni rupa telah
dikenal manifenstasi tatawarna tertentu, seperti skema warna
klasik, skema warna Rembrandt, dan lain sebagainya.
Peran warna dalam kegiatan seni lukis sangat esensial,
baik pada masa pra modern, masa modem, maupun masa
posmodern. Pada umumnya para pelukis memanfaatkan
warna untuk menyatakan gerak, jarak, tegangan, deskripsi rupa
alam, naturalis, ruang, bentuk, ekspresi atau makna simbolik.
Untuk memahami lebih komprehensif peran warna dalam seni
lukis, berikut ini akan disajikan sifat optis warna, notasi warna,
warna objek, pigmen, yang kesemuanya sangat menentukan
kualitas penciptaan sebuah lukisan.
Warna Objek dan Warna Pigmen
Warna objek adalah warna yang terkena sinar warna
spektrum, yang mengenai mekanisme mata pengamat adalah
warna spektrum dengan panjang gelombang tertentu yang
dipantulkan oleh objek pengamatan. Jika objeknya biru, maka
warna spektrum biru panjang gelombang birulah yang dicerap
mata pengamat. Ini berarti pantulan warna tersebut adalah
pantulan warna biru, sedangkan sisanya diserap oleh permukaan
objek tersebut.
Warna pigment atau coloring material yang berupa bubuk
halus yang disatukan dengan zat pengikat, atau paint vehicle
merupakan warna cat yang dikenal luas, seperti cat air, cat
poster, cat gouache, cat tempera, cat minyak, cat akrilik, dan
lain sebagainya. Untuk lebih jelas tentang pengertian warna dll silahkan baca artikel ini, Pengertian Warna: Notasi, Sifat, Jenis dan Pigmen Warna
3. Ruang
Ruang, space, extens or area of ground, surface etc. Artinya,
ruang adalah keluasan dari suatu bidang atau permukaan. Dalam
Design Elementer disebutkan ruang bisa dikatakan bentuk dua
atau tiga dimensional, bidang atau keluasan. Keluasan positif
atau negatif yang dibatasi oleh limit.
Berbeda dengan pengertian garis, ruang mempunyai dua
dimensi tambahan yaitu lebar dan dalam. Ruang mempunyai
gerakan arah dan ciri umum seperti halnya: diagonal,
horisontal, bergelombang, lurus, melengkung dan lain-lainnya.
Untuk memperjelas ini, maka batasan utama adalah yang
paling sesuai, yaitu ruang adalah keleluasaan dari satu bidang
atau permukaan yang mempunyai bentuk dua dimensional.
4. Tekstur
Pada umumnya para pelukis memanfaatkan tekstur, texture
is quality of surface: smooth, rough, slick, grainy, soft, or hard.
Kualitas taktil dari suatu permukaan, nilai kesan raba atau
berkaitan dengan indra peraba. Suatu struktur penggambaran
permukaan objek, seperti.
buah-buahan, kulit, rambut, batu,
kain, barang elektronik, dan lain sebagainya. Tekstur bisa
kasar, halus, keras, lunak, berbutir, bisa juga kasar atau licin,
teratur, atau tidak beraturan, sesuai dengan kualitas yang
ingin diekspresikan.
Tekstur dibuat di atas kanvas, bisa dengan cat yang dicampur
dengan bahan-bahan lain, seperti modeling paste, pasir, bubuk
marmar, dan lain lain. Pada umumnya tekstur digunakan tidak
semata-mata dari segi teknis, tetapi mengacu kepada substansi
lukisan, atau ekspresi lukisan. Jika nilai ekspresi merupakan
unsur pokok lukisan, maka pemanfaatan tekstur merupakan
pendukung pengejawantahan nilai ekspresi itu sendiri.
Para pelukis memanfaatkan unsur tekstur untuk variasi,
fokus atau kesatuan. Kesemuanya itu dapat terjadi dengan
kesengajaan pelukisnya, maupun karena sifat dari media yang
dipakai ketika melukis. Dalam kaitannya dengan para pelukis
formalis, maka fungsi teksur dapat berubah sebagai unsur
yang berdiri sendiri, artinya tidak ada kaitannya dengan tujuan
eksternal tertentu, bagi mereka penggarapan tekstur semata-
mata untuk mencapai efek estetis dalam kesatuan lukisan. Jika seseorang mengamati permukaan lukisan dan mendapat
kesan kasar, kemudian meraba lukisan tersebut benar-benar juga
kasar. Atau sebaliknya kesan pengamatan memberi kesan halus,
ketika diraba juga halus, maka jenis tekstur seperti itu disebut
tekstur nyata, actual texture, karena antara hasil pengamatan
dengan kenyataan memiliki kualitas yang sama. Jika seseorang
mendapat kesan kasar pada pengamatan permukaan objek
lukisan, sementara hasil perabaannya sesungguhnya halus, atau
kesan pengamatan halus dan kesan raba kasar, maka jenis tekstur
seperti ini disebut tekstur semu, simulated texture or synthetic texture,
Karena antara hasil pengamatan dengan kenyataan sesungguhnya
tidak sama melainkan berbeda alias tidak nyata. Biasanya tekstur
seperti ini dihasilkan dari efek permainan warna, pola, nada,
dan garis.
Bagaimana pemanfaatan unsur tekstur ini dalam lukisan,
dapat disimak pada uraian berikut, The expressionist type of picture
(see van Gogh: Night Café); gives a violent’
and spasmodic sensation
of movement through its texture, in accord with the more powerful
emotion the artist wishes to express (Meyers, 2004: 161). Dengan
demikian maka pemanfaatan tekstur seiring dengan keinginan mengekspresikan sesuatu, pada kasus van Gogh terlihat kaitan
antara tekstur dengan emosi pelukisnya.
5. Bentuk
Semua karya seni rupa mempunyai bentuk, apakah realistik
atau abstrak, representasional atau non representasional,
dirancang dengan cermat dan hati-hati atau dihasilkan dengan
spontan. Seni lukis, apapun jenis dan alirannya semuanya
merupakan pengorganisasian elemen rupa menjadi bentuk seni.
Dalam teori seni pemakaian istilah bentuk merupakan
terjemahan dari shape, sedangkan istilah wujud merupakan
terjemahan dari form. Bentuk biasanya diartikan sebagai
aspek visual, bagian-bagian yang tergabung menjadi satu yang
disebut rupa atau wujud. Dalam konteks seni rupa, wujud
mengandung pengertian yang khas, yaitu yang memberikan tatanan khusus sehingga mampu mempengaruhi persepsi
pengamat. Artinya wujud atau perupaan yang mampu
merangsang pengalaman psikologis tertentu bagi pengamat.
Dalam praktiknya istilah ini sering dipertukarkan pemakaiannya.
Di Indonesia pada umumnya hanya dipergunakan istilah bentuk
untuk mengartikan rupa atau wujud karya seni.
Bentuk dalam pengertian seni lukis memiliki banyak segi, seperti:
- Bentuk figuratif
- Bentuk semi figuratif
- Bentuk non figuratif
Bentuk figuratif bisa menghasilkan bentuk imitatif yakni
berupaya meniru segala bentuk perwujudan benda-benda alam
(keindahan pegunungan, pantai, daerah pertanian, fauna, flora,
potret, dalam setting alamiahnya) atau bentuk ciptaan manusia
(seperti pabrik, kota, pelabuhan, café, dan lain-lain) objek
ini di lukis persis seperti keadaan aslinya). Karya-karya yang
dihasilkan dengan sendirinya cenderung menjadi naturalisme atau realisme. Atau jika kehadirannya dipicu oleh kehidupan
bawah sadar pencipatanya, maka bisa pula menghasilkan karya-
karya surealisme seperti pada karya-karya Salvador Dali, Sudibio,
atau Ivan Sagito.
Bentuk semi figuratif antara lain bentuk distorsif, bentuk
yang telah dirubah dari bentuk asal menjadi bentuk yang
lebih estetis sesuai dengan cita rasa penciptanya. Dengan
gaya perseorangan yang khas bisa dihasilkan dengan teknik
pemanjangan, pemendekan, peninggian, pemiringan, dan
perubahan-perubahan lain dari objek yang dilukis, semuanya
ditujukan untuk maksud-maksud tertentu sebagai pengungkapan
pengalaman seni perseorangan. Juga dikenal bentuk geometris,
teknik pelukisan yang menghadirkan bentuk-bentuk yang tertib,
teratur, dengan pengulangan objek atau motif tertentu sesuai
dengan kebutuhan. Bentuk dalam konteks ini bisa dihasilkan dari
analisis bentuk alam menjadi bentuk dasar dengan kebebasan
yang bervariasi, seperti lukisan kubisme, optical art dan
sejenisnya. Karya yang dihasilkan bisa semi figuratif, dan bisa
pula menjadi abstrak geometris, apabila bentuk lukisan tidak
lagi menggambarkan bentuk-bentuk yang bisa diamati dalam
kehidupan keseharian. Jika pelukisan menjadi bidang warna
yang datar dalam karya maka bentuk-bentuk yang dihasilkan
menjadi neo plastisisme, seperti karya Piet Mondrian, atau
color field painting, seperti karya Ellswort Kelly. Sebaliknya jika
pelukisannya disertai unsur emosi maka akan menjadi abstrak
ekspresionisme seperti karya Jackson Pollock. Atau jika bentuk
itu tidak berupaya mencapai efek tiga dimensional disebut
bentuk dekoratif, seperti lukisan-lukisan tradisional Bali, atau
karya-karya Kartono Yudhokusumo, Mulyadi W. Batara Lubis
dan lain-lain.